.

.

Rabu, 05 Agustus 2015

Pendidikan Karakter yang Berkualitas


Pendidikan karakter saat ini merupakan sebuah kebutuhan mendesak bagi dunia pendidikan di Indonesia. Banyaknya kejadian luar biasa di lingkungan sekolah seperti tawuran antar pelajar, pornografi, kecurangan dalam ujian, dan masih banyak lagi, menyebabkan banyak kalangan merasa mendesak untuk segera diterapkan pendidikan karakter di sekolah. Untuk itulah hampir di setiap sekolah mulai mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk menghasilkan peserta didik yang lebih berkualitas. 

Dalam tataran teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan untuk menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya. Diperlukan adanya sebuah program yang terukur standar pencapaiannya. Sebagai contoh, alat ukur pendidikan matematika sangatlah jelas. Siswa diberi soal ujian, jika nilainya di atas standar kelulusan minimal (KKM) artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan karakter?


Jika siswa diberi soal terkait pendidikan karakter, ternyata soal tersebut tidak benar-benar mengukur keadaan sebenarnya. Sebagai contoh, jika kamu melihat sampah berserakan di dekatmu, apa yang akan kamu lakukan? Untuk hasil nilai ujian yang baik maka jawabannya adalah membersihkan sampah dan membuangnya ke tempat sampah. Pertanyaan saya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan terjadi seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? 


Lantas, apa alat ukur pendidikan karakter? Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku yang dikehendaki. Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur hal ini, gunakan kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar lebih maksimal agar pengukuran ini lebih sempurna.


Pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai terputus di antara ketiga stakeholders terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan tersebut. Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter.


Apakah kita benar-benar ingin mewujudkan pendidikan karakter yang berkualitas? Maka kuncinya sebagaimana sudah dipaparkan di atas, ada alat ukur yang benar sehingga ada evaluasi dan tahu apa yang harus diperbaiki, adanya tiga komponen penting (guru, keluarga dan masyarakat) dalam upaya merelaisasikan pendidikan karakter berlangsung secara nyata bukan hanya wacana saja tanpa aksi. Ingat, pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Dan yang terpenting adalah praktekkan setelah informasi tersebut di berikan dan lakukan dengan disiplin oleh setiap elemen sekolah.


Referensi:
http://www.pendidikankarakter.com/mewujudkan-pendidikan-karakter-yang-berkualitas/

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Perlu adanya sinergi diantara 3 komponen penting....

kelasku mengatakan...

Benar, Pak Bambang. Betapa berat jika guru yang banyak kekurangan seperti saya harus sendirian menanamkan karakter ke 34 siswa. Mari bersama-sama kita didik putra tercinta kita di kelas Darussalam..

zaini muharom mengatakan...

Anak-anak baru sekedar paham teori. Perlu bimbingan untuk aplikasi. Itulah kesempatan guru untuk meraih pahala, membimbing siswa dalam kebenaran

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan